RAT tahun lalu mengingatkanku pada seseorang…
Seseorang yang membuatku memikirkannya setiap hari...
Seseorang yang aku maksud adalah Ibu tua, demikian aku menyebutnya...
Sebelumnya aku ceritakan tempat dimana aku bertemu dengannya...
Setiap pulang aku selalu melalui gang garuda, gang yang terletak tak jauh dari sekolahku tercinta SMA Negeri 2 Malang. Waktu tercepat yang dibutuhkan untuk sampai ke mulut gang garuda dari sekolahku adalah 5 menit.
Suatu hari saat pulang dari RAT tepatnya tanggal 4 Maret 2011, aku membawa beberapa pisang sisa makanan penutup dari RAT. Karena aku tahu kalau orang di rumah suka sekali pisang. Aku membawa 6 buah pisang. Aku berjalan bersama Athira dari sekolah sampai mulut gang garuda kemudian menyeberang untuk mencari angkutan umum. Saat aku melihat lurus ke depan, ada ibu tua yang sedang beristirahat di depan sebuah rumah yang berada di pojok mulut gang garuda. Refleks, aku ingin menyeberang hendak memberikan pisang yang aku bawa ke ibu tua itu. Tapi sebelumnya aku minta saran Athira. Tanpa basa basi aku langsung menyeberang dan memberikan pisang yang aku bawa sebanyak 3 buah.
Aku : Bu, ini ada pisang, untuk makan.
Ibu tua : oh, terima kasih..
Aku : iya, mari bu... (aku langsung pergi)
Saat melihat ibu itu makan pisang pemberianku, aku sangat senang. Setidaknya hari ini aku sudah mendapat pahala. Begitu pikirku..
Beberapa hari berlalu, setiap hari sabtu seusai kumpul kopsis aku diantar pulang pacarku tersayang, Fie. Karena merasa panas dan lelah, aku ingin duduk di depan rumah yang berada di pojok mulut gang garuda. Ternyata Ibu tua itu ada di situ. Tanpa pikir panjang, aku langsung duduk di sebelah ibu tua itu, meskipun agak jauh.
Karena aku anaknya gampang akrab (demikian aku menyebut diriku sendiri), sepertinya ibu itu tak sungkan melontarkan beberapa pertanyaan padaku. Aku pun juga sempat bertanya pada ibu tua itu.
Beberapa informasi yang aku dapatkan (tahun 2011):
- Ibu itu berprofesi sebagai penjual kain dan baju KELILING (dari pangkal pasar comboran sampai ujung pasar comboran, bahkan jika tidak laku beliau berjualan hingga pasar besar)
- Ibu itu berumur 80 tahun
- Ibu itu berasal dari Bululawang, tapi aku lupa nama daerahnya
- Ibu itu sekarang menumpang di rumah orang arab di dekat pasar comboran yang kata beliau sangat baik hati, setiap hari dibawakan makanan
- Uang saku ibu itu perhari adalah 2500
- Ibu itu pulang ke Bululawang 1 minggu sekali, bahkan jika tidak punya uang, beliau tidak pulang selama 1 bulan, yang penting bisa mengirimi anak dan cucunya uang.
- Ibu itu memiliki anak dan menantu yang bekerja serabutan, jadi ibu itu harus bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri
- Setiap hari ibu iru beristirahat di depan rumah yang berada di pojok gang garuda (tempat dimana aku bercakap-cakap dengan beliau), kata beliau orang yang punya rumah sangat baik, karena mengijinkan ibu itu duduk di depan rumah itu)
- Sebenarnya masih banyak lagi, tapi karena masalh keterbatasan memori pengingat, aku jadi lupa...
Hampir setiap sabtu aku bercakap-cakap dengan ibu tua itu, meskipun (maaf) ibu itu terlihat tidak cocok untuk bercakap-cakap denganku, tapi aku tidak malu. Karena siapapun boleh menjadi temanku.
Pada suatu hari sabtu, aku berbicara seperti ini pada ibu tua itu:
Aku : Bu, hari sabtu tanggal 7 Mei saya berulang tahun, ada sesuatu yang ingin saya berikan pada ibu. Ibu ada kan di tempat ini?
Ibu tua : iya, setiap hari sekitar jam ini saya selalu ada di tempat ini
Tanggal 7 Mei (sweet seventeen.. J), aku memesan 3 sosis solo yang akan kuberikan pada ibu itu, pulang sekolah aku bergegas menuju tempat itu diantar oleh pacarku tersayang. Saat sampai tempat itu, tak kudapati ibu tua itu, aku bilang ke pacarku agar menunggu sebentar, aku sudah menunggu sekitar 15 menit tapi masih tak kelihatan batang hidungnya. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang karena hari telah hujan dan kami belum membeli kue. Pacarku bilang untuk memberikannya besok saja, aku ikut saja apa kata dia.
Berhari hari aku tunggu, tapi yang aku tunggu tak kunjung datang. Bahkan sampai hari ini, RAT kembali diselenggarakan ibu itu tetap tidak ada.
Aku sempat menangis karena takut sesuatu yang buruk terjadi pada ibu itu, maklum ibu itu sudah tua. Tapi pacarku selalu menyuruhku untuk positif thinking. Tapi aku tetap saja khawatir. Terbesit rasa dosa karena janjiku tak bisa aku tepati, tapi apa daya? Aku memang tak bisa bertemu dengan ibu itu.
Pacarku menawarkan diri untuk mengantarkan samapai Bululawang untuk mencari ibu itu. Tapi jangankan daerah tempat asalnya, nama ibu itu saja aku tak tahu.
Sedih rasanya, tapi aku mau berbuat apa lagi sekarang? Yang bisa aku perbuat adalah mendoakan ibu itu. Karena ibu itu sudah aku anggap nenekku sendiri, meskipun tidak ada hubungan darah.
I always remember you... J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar